BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obstruksi biliaris adalah penyakit yang sering diderita oleh
bayi, balita maupun usia dewasa. Pada makalah ini diangkat judul Obstruksi
Biliaris ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan pada
Neonatus. Yang bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai Obstruksi Biliaris. Sehingga mahasiswa
mampu mengetahui tentang definisi, kepatologisan, gejala, dan penatalaksanaan
dalam menghadapi penyakit ini. Supaya mahasiswa calon bidan juga dapat mempu
mencegah terjadinya penyakit ini di dalam masyarakat luas.
Obstruksi Biliaris adalah tersumbatnya
saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk
dikeluarkan. (Ngastiyah,2005).
Penyebab obstruksi
biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat
mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai strekobilin) di dalam feses.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah definisi Obstruksi Billiaris
?
b. Apa penyebab dan akibat dari
Obstruksi Biliaris ?
c. Bagaimana cara diagnosis Obstruksi
Biliaris ?
d. Bagaimana cara penanganan Obstruksi
Biliaris ?
1.3 Tujuan
a. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Neonatus.
b. Untuk mengetahui penyakit pada
neonatus dan bayi khususnya Obstruksi Biliaris.
c. Untuk mengetahui penyebab dan akibat
dari Obstruksi Biliaris
d. Untuk mengetahui diagnosisnya
Obstruksi Biliaris
e. Untuk mengetahui asuhan kebidanan atau
penatalaksanaan pada Obstruksi Biliaris.
BAB II
Dasar Teori
2.1 Pengertian Obstruksi Biliaris
Obstruksi billiaris merupakan suatu kelainan bawaan karena
adanya penyumbatan pada saluran empedu, sehingga cairan empedu tidak dapat
mengalir ke dalam usus dan akhirnya dikeluarkan dalam feses. ( Vivian Nanny Lia
Dewi,2010 ).
Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran empedu
sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk di keluarkan sebagai
sterkobilin dalam feses.
Obstruksi billiaris adalah penyakit hati menahun yang difus
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul dan adanya
timbunan kristal didalam empedu. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi
mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut.
Metabolisme Bilirubin
Metabolisme bilirubin mempunyai tingkatan sebagai berikut :
a. Produksi
Sebagian besar bilirubin sebagai akibat degradasi hemoglobin
pada sistem retikulo endotelial. Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada
neonatus lebih tinggi daripada bayi yang lebih tua.
b. Transportasi
Bilirubin
di transper melalui sel ke dalam hepatosit, sedangkan albumin tidak.
c. Konjugasi
Dalam sel
hepar bilirubin kemudian di konjugasi menjadi bilirubin diglukosonide. Walaupun
ada sebagan kecil dalam bentuk monoglukoronide. Sintesis dan ekskresi di
glokoronode terjadi di membran kanilikulus.
d. Ekskresi
Sesudah
konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan dan di
ekskresi dengan cepat ke sistem empedu. Kemudian ke usus, dalam usus bilirubin
direk ini tidak di absorpsi, sebagian kecil bilirubin dehidrolisis menjadi
bilirubin indirek dan di reabsorpsi
e. Metabolisme bilirubin pada janin dan
neonatus
Produksi bilirubin
pada petus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi kesanggupan hepar mengambil
bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas.
2.2 Penyebab Obstruksi Biliaris
Obstruksi biliaris ini disebabkan oleh
:
a. Batu empedu
Kolestrol cair biasa berada di dalam empedu dan saluran
empedu dalam kondisi normal, namun
kolestrol cair tersebut dapat menjadi jenuh bila terlalu banyak kolestrol dan
terlalu sedikit asam empedu. Hal itu memungkinkan kolestrol mengkristal dan
menggumpal menjadi batu empedu.
b.
Karsinoma Duktus Biliaris (Kista dari
saluran empedu)
Karsinoma Duktus Biliaris adalah tumor
jinak maupun ganas yang tumbuh di saluran empedu menuju ke hatisehingga
menyebabkan penyumbatan pada saluran empedu. Tumor
yang menyebar ke sistem empedu (Zieve David, 2009)
c. Karsinoma Kaput Pankreas
Karsinoma Kpaut Pankreas adalah tumor jinak maupun ganas
yang tumbuh pada pankreas sehingga menyebabkan sumbatan pada saluran pankreas.
d. Radang duktus
biliaris komunis
yang menyebabkan strikura
e. Ligasi yang
tidak disengaja pada duktus komunis (Sarjadi,2005)
f. Peradangan dari
saluran-saluran empedu
g. Trauma cedera
termasuk dari operasi kandung empedu
Penderita
tampak ikterik akan sangat berat apabila obstruksi tidak dapat diatasi,
bilirubin serum yang terkonjungasi meningkat,feses pucat , urine berwarna gelap
(pekat), biasanya terdapat juga peningkatan kadar alkali fosfate serum terutama
transaminase
Apabila
terjadi obstruksi biliaris persisten empedu yang terkandung dapat mengalami
infeksi menimbulkan kolongitis dan abses hepar kekurangan empedu dalam usus
halus mempengaruhi obsorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalnya
beberapa jenis vitamin).
Obstruksi Biliaris Akut
Obstruksi
akut duktus biliaris utama pada umumnya disebabkan oleh batu empedu secara
klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering
terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolongitis) dan
timbul demam.kolongitis dapat berlanjut menjadi abses hepar. Obstruksi biliaris
yang berulang menimbulkan kibrosis traktus porpal dan regenerasi nodular sel
hepar keadaan ini disebut sirosis biliary. Obstruksi biliaris yang berulang
akan menimbulkan fibrosis traktus portal dan regenerasi noduler sel hepar.
Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder. (Sarjadi,2000)
2.3
Patofisiologi
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi
karena kelainan pada dinding misalnya ada tumor, atau penyempitan karena trauma (iatrogenik).
Batu empedu dan cacing askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam
lumen saluran. Pankreatitis, tumor caput pankreas, tumor kandung empedu atau
anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan
saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprodjo,
1995)
Beberapa keadaan yang jarang dijumpai
sebagai penyebab sumbatan antara lain kista koledokus, abses amuba pada lokasi
tertentu, di ventrikel duodenum dan striktur sfingter papila vater.
(Reskoprojo,1995)
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus
bertanggung jawab atas tinja pucat biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu.
Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan dengan obstruksi empedu tidak jelas.
Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit.
Lain menyarankan mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen
(Judarwanto,2009).
Penyebab obstruksi biliaris adalah
tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus
untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses. (Ngastiyah, 2005)
2.4
Gejala
a. Gambaran klinis gejala mulai
terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
b. Kemudian feses bayi berwarna putih
agak keabu-abuan dan liat seperti dempul
c. Urine menjadi lebih tua karena
mengandung urobilinogen
d. Perut sakit di sisi kanan atas
e. Demam
f. Mual dan muntah (Zieve David,2009)
g. Nafsu makan berkurang
h. Sulit buang air besar
2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
dan hasil pemeriksaan fisik, adanya tanda ikterus atau kuning pada kulit, pada
mata dan di bawah lidah. Pada pemeriksaan perut, hati teraba membesar kadang
juga disertai limfa yang membesar.
Pemeriksaan
Laboratorium dan Imaging
1. Pemeriksaan
darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)
Pemeriksaan
darah dilakukan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar
bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT, SGPT,
alkali fosfatase, GGT. Dan faktor pembekuan darah.
2. Rontgen perut (tampak hati membesar)
3. Kolangiogram atau kolangiografi
intraoperatif
Yaitu
dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi
saluran empedu. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif dilakukan dengan
visualisasi langsung untuk mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan
operasi Kasai.
4. Breath test
Dilakukan
untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat. Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut
radioaktif, diberikan per-oral (ditelan) maupun intravena (melalui pembuluh
darah).
Banyaknya
radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang
dimetabolisir oleh hati.
5. USG
Menggunakan
gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu.
Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti tumor. USG
merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk
memberikan gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu. Dengan USG, dokter
dengan mudah bisa mengetahui adanya batu empedu di dalam kandung empedu. USG
dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh
penyumbatan saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan
fungsi sel hati. USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan aliran darah
dalam pembuluh darah di hati. USG juga bisa digunakan sebagai penuntun pada
saat memasukkan jarum untuk mendapatkan contoh jaringan biopsi.
6. Imaging radionuklida (radioisotop)
Menggunakan
bahan yang mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh dan
diikat oleh organ tertentu. Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma
yang dipasangkan pada sebuah komputer.
7. Skening hati
Merupakan
penggambaran radionuklida yang menggunakan substansi radioaktif, yang diikat
oleh sel-sel hati.
8. Koleskintigrafi
Menggunakan
zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu. Pemeriksaan
ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu
(kolesistitis).
9. CT scan
Bisa
memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk mencari
tumor. Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar), seperti
perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal secara abnormal
(hemokromatosis). Tetapi karena menggunakan sinar X dan biayanya mahal,
pemeriksaan ini tidak banyak digunakan.
10. MRI
Memberikan
gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan. Pemeriksaan ini lebih mahal dari
CT scan, membutuhkan waktu lebih lama
dan penderita harus berbaring dalam ruangan
yang sempit, menyebabkan beberapa penderita mengalami klaustrofobia (takut akan
tempat sempit).
11. Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd
Merupakan
suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut, melewati
lambung dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat radiopak
kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil foto rontgen dari
saluran empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas
(pankreatitis) pada 3-5% penderita.
12. Kolangiografi transhepatik perkutaneus
Menggunakan
jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian disuntikkan
zat radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan USG untuk
menuntun masuknya jarum. Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu,
terutama penyumbatan di dalam hati.
13. Kolangiografi operatif
Menggunakan
zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen. Selama suatu pembedahan, zat
tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu. Foto rontgen akan
menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu.
14. Foto rontgen sederhana
Sering
bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.
15. Pemeriksaan Biopsi hati
Untuk
melihat struktu organ hati apakah terdapat sirosis hati atau kompilkasi lainnya.
Laparotomi biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.
16. Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi
berumur 2 bulan). (Indonesia, USA & internasional berkumpul, 2000)
2.6
Pencegahan
Mengetahui faktor resiko yang dimiliki,
sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu
tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah. (Attasaranya S, Fogel
EL, 2008)
Dalam hal ini bidan dapat memberikan
pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko
terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu) dengan keadaan fisik
yang memnunjukkan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap
(pekat). (Sarjadi.2000)
2.7 Penatalaksanaan
Pada
dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk
menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan
tersebut dapat berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau
reseksi tumor. Dapat pula upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan
endoskopi baik melalui papila vater atau dengan laparoskopi.
Bila
tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab
sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat
dapat dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan
pemasangan pipa naso bilier, pipa T pada duktus koledokus, atau kolesistostomi.
Drenase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan bilio digestif. Drenase
interna ini dapat berupa kelesisto-jejunostomi, koledoko-duodenostomi,
koledoko-jejunustomi atau hepatiko-jejunustomi.
§ Asuhan Kebidanan
a. Pertahanan kesehatan bayi dengan
pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, pencegahan hipotermia,
pencegahan infeksi dan lain-lain.
b. Lakukan konseling pada orang tua
agar mereka menyadari bahwa kuning yang dialami bayinya bukan kuning biasa
tetapi disebabakan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu.
c. Lakukan inform consent dan inform
choice untuk dilakukan rujukan.
d. Penatalaksanaan medisnya ialah
dengan tindakan operasi selektif.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Obstruksi
biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk
dikeluarkan. Dengan melihat penyakit yang ada, bidan dapat dapat
memberikan pelayanan dengan baik agar keselamatan pada bayi baru lahir, bayi maupun
anak balita. Bidan segera merujuk ketika mendapatka kasus demikian.
3.2 SARAN
·
Dapat
mengetahui setiap faktor risiko yang dimiliki, sehingga bisa mendapatkan prompt
diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri
tidak dapat dicegah.
·
Dalam
hal ini bidan dapat memberikan
pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko
terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu), dengan keadaan
fisik yang menunjukan anak tampak
ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat).
·
Bidan
segera melakukan rujukan cepat untuk menghindari komplikasi berlanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarti,M.Kes.2010. Kelainanan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak
.Yogyakarta :Medical books
Ai Yeyeh Rukiyah S.SiT.2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:Trans
info Media
Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.
Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1.
Jakarta: Infomedika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 3.
Jakarta: Infomedika.
Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1.
Jakarta : CV. Sagung Seto.
Terimakasih untuk artikelnya, informasi yang bermanfaat.
BalasHapushttp://obattraditional.com/obat-tradisional-batu-empedu/